Sebenarnya apa yang benar-benar aku cari, gelisah sendiri, bingung, entah apa saja hal yang masuk dalam fikiran, bertumpuk, menghimpit semua hal yang seharusnya aku fikirkan, aku kerjakan atau bahkan aku selesaikan. Bingung sendiri, tapi entah apa yang membingungkan. Gelisah sendiri, tapi entah apa yang di gelisahkan. Takut sendiri, tapi entah apa yang sebenarnya membuat aku khawatir dan takut. Coba bertanya pada diri sendiri tapi aku tidak menemukan jawaban.
Coba kubedah semua gelisah, bingung, dan rasa takut ini. Perlahan aku menemuka beberapa hal yang aku khawatirkan, sedikit rasa gelisah dan sebungkus bingung yang entah aku juga bingung kenapa. Beberapa hal yang ku khawatirkan sebenarnya sudah ada jawaban, beberapa gelisah yang masih belum ku temui titik terang, dan sebungkus bingung hal awal apa yang harus aku lakukan.
Jawaban dari khawatir yang begitu mendalam, sebenarnya tiga hal yang sudah di tetapkan, aku akan dengan siapa, dengan bagaimana, dan nanti aku akan pergi kemana. Gelisah yang belum menemui titik terang adalah gelisah yang sebenarnya mendasar, gelisah karena dia tak kunjung datang, gelisah karena khawatir akan bagaimana nanti, dan gelisah akan pergi bagaimana aku nanti.
Lagi-lagi tentang dia, bagaimana tidak, sosok yang selama ini dinantikan atas entah apa ini disebutnya, nafsu? Biarlah kodratnya manusia seperti ini. Ya, nafsu karena lelah mencari dia yang sebenarnya dia yang sudah di tetapkan. Memang sudah di tetapkan, tapi sampai kapan aku harus menunggu atau bersabar? Atau harus berjuang seperti apa lagi agar dia segera aku temukan, aku lelah lagi dan lagi bertemu dia yang bukan.
Khawatir, itu rasa yang wajar kan? Bagaimana nanti yang selalu di fikiran. Yang sebenarnya bagaimana nanti juga sudah di tetapkan. Salahkah aku khawatir? Tidak bukan. Khawatir rasa yang wajar, karena beberapa usaha agar gimana nanti jadi baik selalu berujung gagal, peluang yang di upayakan selalu gagal, jatah gagal? Kapan habisnya jatah gagal itu? Lelah, pengeluh, biarlah disebut apa ini, aku hanya khawatir akan bagaimana nanti, yang bagaimana nanti itu nyatanya sudah ditetapkan.
Akan pergi bagaimana aku nanti, akankah aku pergi setelah mengetahui kedua gelisahku itu. Yah ini juga bagian dari gelisahku, akan pergai bagaimana, dan akankah semua gelisahku terjawab dengan baik, atau segala upayaku akan membuahkan hasil? Ah, sudahalah, prosesnya aku lalui, hasil akhirnya aku harap ketetapan yang terbaik, biar ku upayakan semua dengan cara yang baik. Sutradara terbaik sudah siapkan skenario terbaik, aku hanya pemeran utama yang lupa naskah terbaik, dan lupa jika aku adalah pemeran utama. Ku kembalikan ke sutradara terbaik dengan skenario terbaik, dan aku kembali pada poksi ku berperan sebagai pemeran utama. Naskahnya ku baca lagi, usahanya akan aku upayakan yang terbaik, hasi akhirnya, sutradara sudah tetapkan.
1 Komentar
I wish I could stop loving u
BalasHapus